Halaman

2011/12/07

Please.. Part 4 -end

-->
                “so, kamu harus menepati janjimu bukan?” aku tertegun. Selama ini aku tak pernah memikirkan bahwa aku harus menepati janjiku kepada appa. Aku terdiam sesaat.
                “I know..” aku pantang mengingkari janji. Appa tahu itu.
                “aku memberi waktu tiga hari untuk bersiap – siap” appa langsung menutup telepon setelah selesai bicara.
                Ya, memang benar. Aku harus menepati janjiku pada appa. Namun aku tak ingin meningalkan Korea secepat ini. Terlebih lagi aku harus meninggalkan namjachinguku ini. Wooyoung. Kami belum ada 2 bulan melewati hari – hari layaknya pasangan kekasih, dan aku harus meninggalkannya. Apa aku bisa?
                “telepon dari siapa barusan?” Wooyoung menanyaiku
                “appa.. dia bilang beritanya juga sudah tersebar di London”
                “waah.. daebak.. kau benar – benar hebat. Beritamu sekarang sudah tersebar keseluruh dunia” se7en terdengar seperti mengagumi ketenaranku. Namun aku tidak, aku tak ingin berita ini tersebar.
                “lalu bagaimana? Tanya Wooyoung lagi.
                “tiga hari lagi, aku harus pergi ke London” aku menjawabnya. Mereka terdiam.
                Tiga hari ini aku mengurung diri. Aku tak ingin menemui siapapun. Untuk sementara aku tinggal bersama Boram unni di apartemennya. Boram unni tahu betapa sulitnya aku mengambil keputusan ini. Namun ia juga tahu ini adalah janjiku kepada appa. Dulu pada awal aku memulai usahaku ini, appa sebenarnya sangat tidak setuju. Ia ingin kedua anaknya untuk mewarisi perusahaannya, termasuk aku.
Makadari itu saat tahu aku mencoba memasuki dunia designer fashion, ia menentang keras. Akupun mencoba membuat pejanjian dengan appa. Aku akan merahasiakan identitas asliku dan berusaha menjadi murid biasa. Namun konsekuensinya, apabila identitasku ini ketahuan, aku harus menyingkirkan usahaku ini dan masuk ke perusahaan appa. Dan itu terjdi sekarang. Memang aku tidak akan melepas 100% usahaku ini. Namun aku hanya bisa mengurusnya pada hari – hari tertentu saja dan harus lebih banyak mengurus perusahaan. Ditambah lagi aku masih harus sekolah, tambah banyak waktu berkurang untuk mendesign fashion – fashion baru.
                Hari ini aku berangkat ke London. Appa sudah mempersiapkan semuanya. Disana juga aku akan menyelenggarakan konfrensi pers. Boram unni akan menemaniku ke London, baru kemudian dia akan kembali ke Korea.
                “kau bahkan tak sempat melihatku lulus, Nana. Padahal, sebentar lagi hari itu tiba” se7en terlihat sedih, kemudian ia memelukku.
                “ne, tapi tenang saja, aku sudah membuatkan baju untukmu, mintalah pada Boram unni setelah ia kembali kesini” mataku mulai berkaca – kaca. Selama ini dialah pengganti oppaku. Dia selalu menjagaku. Kemudian aku berjalan menghampiri Wooyoung. Aku memeluknya dengan erat sambil berusaha menahan air mataku. Begitu juga dengannya.
                “kau.. carilah yeoja lain yang dapat selalu berada disampingmu. Yang akan selau ada untukmu..”
                “bicara apa kau? Kau.. kau tidak serius kan?” tanyanya tak percaya. Jujur, aku juga tak percaya dengan kata – kataku barusan. Hati kecilku melarang mulutku mengatakan hal ini, namun aku harus mengatakannya.
                “ini bukan saat yang tepat untuk bercanda.. aku serius, carilah yeoja lain yang akan selalu ada untukmu. Yang akan selalu memperhatikanmu. Yang akan selalu mengiasi hari – harimu. Yang dapat menemanimu mengambil gambar setiap saat. Yang.. Yang..” aku tak tahan, air mataku tumpah begitu saja. Ingin sebenarnya aku yang akan selalu ada disampingnya. Tapi tak bisa lagi.
                “kau hanya pergi ke London, kita masih bisa menjaga hubungan kita” mata Wooyoung mulai berkaca – kaca.
                “tidak, tak bisa lagi. Ikuti perkataanku tadi, aku juga akan senang untukmu” aku langsung pergi meninggalkannya, Boram unni juga langsung mengikutiku dari belakang. Boram unni dan se7en baru menyadari hubungan diantara kami berdua setelah mendengar ucapanku tadi.
                Aku masih menahan tangis. Bukan ini yang aku inginkan. Bukan… Boram unni sibuk menenangkanku. Tak sedikit orang yang memperhatikanku walaupun aku sudah memakai kacamata hitam untuk menyembunyikan identitasku begitu juga dengan Boram unni.
                Sesampainya di London, seorang supir sudah menunggu kami. Kamipun langsung diantar kerumah. Seharian aku masih terus memkirkan Wooyoung. Aku tak ingin berpisah seperti ini. Aku ingin terus bersamanya. Namun tak bisa.
                Sudah 8 bulan aku pergi meninggalkan Korea, kenangan antara aku dan Wooyoung masih terekam dengan baik di benakku. Walaupun aku mencoba melupakannya, itu hanyalah sia – sia. Aku masih terus memikirkannya, berharap begitu dengannya. Aku berharap dia juga masih mengingatku., walaupun mungkin dia sudah menemukan penggantiku.

-Author pov-

                Hari ini akan digelar pernikahan antara se7en dan Boram. Setelah menjalin hubungan selama 7 tahun, akhirnya merekapun memutuskan untuk menikah. Wooyoung juga datang keacara tersebut. Sekarang ia sudah menjadi seorang pengembang IT dan fotografer terkenal. Namanya ada dihampir seluruh majalah didunia, Begitu juga dengan Nana yang sudah berhasil menjadi direktur sebuah perusahaan swasta dan juga masih menjadi designer. Sudah  lebih dari 5 tahun mereka tak bertemu bahkan tak pernah saling menghubungi lagi.
                “unni.. chukae.. akhirnya kalian akan menikah juga” sapa Nana saat menemui mereka.
                “ Nana-ssi, ne, gomawo sudah membuatkan kami gaun pernikahan ini. Jincha yeopo..” Boram menjawabnya dengan wajah sumringah.
                “gwenchanayo..”
                “ah, apakah kau sudah bertemu dengan Wooyoung?” Nana hanya terdiam mendengar pertanyaan se7en.
                “ah, ania, aku belum melihatnya” Nana pun akhirnya menjawab. Boram langsung menyikut pinggang se7en, dan se7en mengerti maksudnya.  Se7en merasa baru saja salah bicara. Namun tak lama kemudian, namja yang baru saja dibicarakan itu muncul. Dia memakai jaket kulit hitam dan kaos  berwarna putih. Benar – benar cocok dengan Nana yang kebetulan juga memakai dress berwarna putih dan hitam.
                “oh , anyeonghaseyo..” sapa Wooyoung kepada Nana seketika.
                “ah, ne, anyeonghaseyo..” Nana berbalik menyapanya. Keadaan seketika hening diantara mereka. Saat ini mereka berada di salah satu ruangan tempat gedung pernikahan antara se7en dan Boram akan berlangsung. Tak lama kemudian seorang yeoja memberitahukan bahwa acara akan segera dimulai. Wooyoung dan Nana meninggalkan mereka berdua yang akan segera naik ke pelaminan.
                Mereka jalan berdua, namun tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka. Mereka terlihat canggung.
                “mm, bagaimana kabarmu?” Wooyoung lagi – lagi yang membuka pembicaraan.
                “mm.. baik, bagaimana denganmu?” Nana menjawabnya dengan ragu – ragu.
                “baik, apa yang sedang kau lakukan sekarang?”
                “mm.. yah, aku akhir – akhir ini sedang sibuk mengurus perusahaan, kau.. bagaimana dengan kegiatanmu? Bukankah kau juga lagi sibuk mempromosikan buku teknologimu itu?”
                “ne, kau juga baru saja pulang dari Swiss kan? Bulan depan aku juga akan kesana”
                “ara, kau benar – benar terkenal sekarang”
                “haha.. gomawo..”
                Mereka akhirnya dapat berbincang dengan lebih luwes sekarang. Tanpa sadar, mereka baru saja menunjukkan bahwa mereka sebenarnya saling memperhatikan satu sama lain.

-Wooyoung pov-

                Aku benar – benar senang hari ini. Aku dapat menemui yeoja yang sangat aku cintai lagi setelah berpisah selama 5 tahun. Dia sangat yeopo seperti biasanya. Tak banyak yang berubah, hanya memang ia sudah terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Aku selama ini tak pernh melupakannya. Aku harap begitupun dengannya. Ingin rasanya memeluknya saat pertama kali bertemu dengannya tadi. Tapi apakah aku masih boleh melakukan hal itu?
                Dihari pernikahan Dongwook hyung dan Boram nuna kami saling bercerita tentang kehidupan masing – masing. Aku bahkan sempat melihat senyuman manisnya itu setelah sekian lama.
                “ya..! mana ada pengantin baru mengajak orang lain saat mereka sedang berbulan madu?” aku bingung, untuk apa mereka mengajakku dan Nana ikut ke tempat bulan madu mereka.
                “non babo?” aku kesal sendiri jadinya.
                “ya..! aku mengajak kalian agar kalian dapat setidaknya merelaksasikan diri kalian, apa kalian tidak capek bekerja terus menerus?” Dongwook hyung jadi kesal sendiri karena perkataanku.
                “haiss.. sudahlah, kajja..” Boram nuna menyudahi kami untuk bertengkar.
                Hari ini kami pergi ke Pulau Jeju. Aku sebenarnya tidak mau ikut mereka pergi kesini. Namun ternyata Nana berhasil dibujuk untuk ikut, sehingga akhirnya akupun ikut atas ajakan Nana. Dia tak ingin menjadi obat nyamuk katanya.
                Dan ternyata hal yang terjadi disini seperti apa yang kupikirkan. Sama seperti dulu, mereka berdua pergi meninggalkanku dan Nana berdua di resort. Untungnya kali ini diresort ini kami bisa pergi kemana – mana dengan sepeda, jadi setidaknya kami tak perlu menunggu mereka yang menjemput kita. Hari ini kami akan pergi berdua. Aku berencana menunjukkan sesuatu padanya.

-Nana pov-

                Hari ini aku pergi berdua dengan Wooyoung. Aku benar – benar senang, sudah lama aku tak jalan bersamanya. Dia bilang akan menunjukkan sesuatu padaku, dan aku yakin ini saat yang tepat untuk melakukan hal itu.
                Kami berjalan menyusuri pinggir pantai di malam hari, sama seperti hari itu. Aku berharap kenyataan bahwa terbongkarnya rahasiaku tak pernah terjadi. Atau memang seharusnya aku tak pernah menyembunyikan identitasku sebagai designer dan pergi ke korea. Atau aku seharusnya memang tak pernah menjadi designer seperti yang aku cita- citakan selama ini. Atau bahkan mungkin memang aku seharusnya tak mengenal Wooyoung dan lebih baik tak mengetahui apa itu arti cinta yang hanya dapat aku rasakan bersama Wooyoung daripada aku menahan rasa sakit saat terpaksa harus menjauh darinya. Banyak hal yang selama ini aku sesali. Namun aku yakin ini memang sudah takdir Tuhan yang sudah seharusnya aku dan Wooyoung hadapi walau tak ingin. Dan hari ini aku berusaha melawannya.
                “Wooyoung ah,.. bisakah kita berhenti disini sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu” untuk beberapa saat aku memberanikan diriku untu berbicara dengannya di tengah perjalanan ketempat dimana ia ingin menunjukkan sesuatu padaku.
                “tentu saja.. apa yang ingin kau bicarakan?” Wooyoung berhenti dan menjawab sambil tersenyum padaku. Manis.
                “mm.. aku tahu mungkin ini sangat tak masuk akal, aku tak mengharap apapun darimu, tapi aku cuma pengen kamu tahu kalau.. kalau aku nggak pernah bisa melupakan kamu walaupun seberapa kuat keinginanku.”
                Wooyoung terdiam.
                “aku tahu aku yang berusaha mengakhiri hubungan kita saat itu. Hubungan yang bahkan terlalu indah buatku dan aku harap begitupun denganmu. Saat aku pindah ke London, hanya kamu yang ada dipikiranku. Terlihat berlebihan memang, tapi memang begitu keadaannya” aku melanjutkan.
                “lalu kenapa kamu memutuskanku waktu itu?” Wooyoung akhirnya membuka mulut.
                “aku nggak tahu kamu bakal percaya sama aku atau nggak, tapi jujur, alasan mengapa aku memutuskan hubungan kita karna karena aku takut.. aku takut kamu bakal ninggalin aku karena kita udah jauh kita nggak bakal bisa ketemu lagi. Aku mungkin nggak bakal ngelakuin itu kalau kita hanya berbeda kota atau Negara, tapi perbedaan kita bermil – mil jauhnya di benua yang berbeda. Aku juga pengen kamu bebas dan nggak malu disaat semua chingu bertemu denganmu dengan menggandeng seseorang sedangkan kamu hanya memiliki status tanpa orang yang nyata”
                Wooyoung lagi – lagi terdiam. Tanpa kusadari air mata sudah mengalir dipipiku.
                “aku tahu kau mungkin benar – benar sudah tidak dapat mempercayaiku. Mungkin kau sudah menganggapku sebagai penghianat, atau bahkan kau sudah menganggapku sebagai orang yang tak memiliki hati dengan meninggalkan orang yang dia sayangi begitu saja. Atau bahkan.. bahka..”
                Wooyoung menghentikan ucapanku. Dia menciumku. Aku tak pernah berfikir ini yang ia lakukan padaku.
                “siapa bilang aku menyetujui untuk mengakhiri hubungan kita waktu itu? kaulah yang memutuskan hal itu sendiri dan lngsung pergi meninggalkan aku tanpa berusaha menunggu jawaban dariku.”Dia menghapus air mataku kemudian memelukku hangat.
                “kau tahu apa yang pertama kali aku rasakan saat melihatmu dihari pernikahan Dongwook hyung kemarin? Rasanya seperti aku kembali mendapatkan kekuatan setelah 5 tahun melewati hari – hari hampa tanpa kamu disini. Bahkan foto – foto kita masih aku simpan didalam ponselku dan tak pernah sekalipun aku coba untuk menghapusnya. Aku selalu menunggumu kembali kesini, kedalam hatiku. Sudah 5 tahun. 5 tahun aku menunggumu..” lanjutnya lagi.
                Iapun membawaku ketempat yang ia janjikan dengan menutup mataku. Saat ia membuka tutup tangannya. Aku melihat Boram unni dan se7en berada disana. Diatas sebuah gazebo apung yang dikelilingi lilin – lilin kecil yang menyala. Dia menuntunku kesana. Tiba – tiba dia mengeluarkan kotak kecil dari kantongnya. Dia memintaku untuk membukanya dan aku melihat ada sebuah cincin didalamnya. Aku kembali meneteskan air mata.
                “kau tahu, wajahmu benar – benar jelek saat ini. Tidakkah kau puas sudah menangis tadi?” Wooyoung menggodaku. Aku cemberut.
                “tapi tahu kah kau, aku benar – benar senang saat ini. Would you.. marry me?”
                Aku mengangguk. Dia memasangkan cincin itu dijari manisku.

-Author pov-

3 tahun kemudian

                “ya.! Wooyoung.. mau kemana kau? Boram unni sudah menungguku dari tadi. Bukankah kau sudah janji untuk menjaga Minhyuk hari ini? Mau lari kemana kau? Ya..!” Nana berlari mengejar Wooyoung yang sedang berusaha melarikan diri keluar rumah.
                “ya.! Apa yang kalian lakukan? Seungyeon sedang tertidur sekarang. Kalian ingin membangunkannya?” se7en tak kuat menahan amarahnya kepada 2 orang itu. Dan pada saat itu juga Wooyoung berhasil ditangkap Nana.
                “arasso.. tapi ingat, kau harus pulang sebelum waktu tidur..” Wooyoung akhirnya menyerah dan mengambil Minhyuk dari tangan Nana.
                “ara.. kau juga harus jaga anakmu ini baik – baik, awas saja aku mendengarnya menangis saat aku pulang nanti..” ucap Nana saat menyerahkan Minhyuk.
                “kau juga yeobo.. jaga anak kita baik – baik ya, aku akan membelikanmu oleh – oleh nanti” ucap Boram sambil mengelus – elus Seungyeon dan dibalas senyuman oleh se7en.
                Ini adalah tahun ketiga pernikahan se7en dengan Boram yang juga disusul oleh Wooyoung dan Nana. Sekarang mereka masing – masing sudah memiliki anak yang berumur sama. Minhyuk dan Seungyeon. Saat ini juga, Nana sudah berhasil memindahkan perusahaannya yang semula berada di London ke Seoul. Dan mereka bertiga tinggal di Seoul sekarang.

3 komentar:

  1. aww cocuit akhirnya mereka nikah jugaa :D

    BalasHapus
  2. omooo~
    maaf yaa, or.. baru smpet baca.. hehehehee

    HAPPY ENDING~
    tapi itu kenapa nama anakny Minhyuk yaa?? (prtanyaan nggak pnting)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Q = kenapa nama anaknya Minhyuk?
      A = karena saya suka Minhyuk (sebenernya bingung nyari alesan XD)

      Hapus