Pemain : Wu Chun
Han Geng
Barbie Hsu
Liu Qian
Yuan Biao
Yu Rongguang
Sutradara : Gao Xiaosong
Penulis : Zou Jingzhi
Gao Xiaosong
Abad ke-19, Pangeran masa Dinasti Qing memerintahkan mengeksekusi seluruh klan Meng. Sebelum dipenggal, pemimpin klan Meng bersumpah bahwa keluarganya akan kembali menuntut keadilan. Menunggu kematiannya, seorang anak klan Meng berusia lima tahun bernama Erkui menyanyikan sebuah aria. Kekuatan dan kemurnian suaranya menyentuh bintang opera, Guru Yu dan mahasiswa Guan Yilong yang berusia tujuh tahun. Guru Yu menyelamatkannya kedua anak tersebut yang kemudian menjadi saudara
Bertahun-tahun kemudian, Guru Yu memenangkan pakat emas "Prajurit Terkuat" dari Pangeran, namun hilang saat berduel dengan pesaingnya, Guru Yue. Diusir dari tahap kehilangannya, Guru Yu menghabiskan waktunya melatih dua saudara tersebut di desa. Ketika mereka dewasa, mereka pergi ke Shanghai untuk membalas dendam. Berhasilakah mereka mengalahkan Guru Yue?
“of course.. by the way, who are you? Are you.. Stellar.. boyfriend?”
“what are you talking about? He is my classmate and se7en cousin” Nana dengan cepat mengelak ucapan oppanya.
“ah, really? Oh ya, kau belum memperkenalkan namamu, kau pasti sangat baik kepada Stellar, karena aku tahu dia bukan orang yang gampang dengan orang lain, apalagi dengan namja. Ngomong – ngomong, apakah kau mengenaliku?”
“I know, you are Danniel Henney. Mm.. my name is Jang Wooyoung. Aku benar – benar menyukai hasil potretanmu” Wooyoung menyambut jabatan tangan Dannie dan tersenyum lebar. Sedangkan dari kejauhan ada seseorang yang menyaksikan itu semua.
Mereka semuapun masuk kedalam appartemen Nana. Dan seperti biasa, Wooyounglah yang memasakkan makanan untuk mereka, namun tiba – tiba Nana datang kedapur untuk membantu Wooyoung memasak.
“apa yang kau lakukan, sudah sana, temani oppamu” Wooyoung menyadari keberadaan Nana.
“tidak apa, inikan dapurku, tumben kau baik kepadaku. Apa jangan – jangan karena kau mengetahui bahwa aku adalah dongsaeng Danniel? Aku tahu bahwa kau sangat mengagumi oppaku”
“haaiish,.. jincha, Dongwook hyung... Jangan bilang, dia menunjukkan hasil potertanku padamu”
“em..” Nana mengangguk dan Wooyoung hanya dapat mengacak – acak rambutnya sendiri.
Makan siang pun jadi, mereka makan bersama. Nana, se7en dan Danniel asik mengobrol sedangkan Wooyoung masih terdiam. Ia bingung apa yang harus dia bicarakan dengan mereka, tambah lagi sekarang didepannya ada seorang idolanya.
“hey, kenapa kau diam saja dari tadi Wooyoung-ssi?” Danniel yang memperhatikan Wooyooung yang sedari tadi terdiam saja, akhirnya mengajak bicara.
“mm.., anio..” Wooyoung menjawab malu – malu.
“Danniel, dia juga suka memotret, aku pernah melihat hasilnya” Nana menggoda Wooyoung.
“ya..!” Wooyoung langsung menutup mulut Nana dengan tangannya.
“ya..!” Nana melepaskan tangan Wooyoung dan berbalik memukulnya. Merekapun saling pukul – memukul. Se7en dan Danniel hanya dapat tertawa melihat mereka.
“apakah benar, Wooyoung-ssi?” Danniel mengajaknya bicara setelah mereka selesai berantem.
“em, ne.. hyung,” Wooyoung akhirnya mau mengakuinya.
“waah.. jinchayo? Kalau begitu, kapan – kapan aku harus melihat hasil potretanmu itu”
“ne hyung..” jawab Wooyoung malu – malu
Selesai makan mereka semua menuju ke apartemen se7en. Wooyoung berjanji akan menunjukkan hasil potretannya kepada Danniel. Danniel yang melihat seluruh ruangan dipenuhi oleh bingkai – bingkai foto dan juga sebuah lemari baca yang berisi buku karangannya tentang memotret membuatnya takjub. Danniel memujinya, dan senyuman penuh kebahagiaan terpancar diwajahnya. Ia merasa seperti baru saja memenangkan lotre hari ini.
-Nana Pov-
Senyuman penuh kebahagiaan terpancar diwajah Wooyoung. Entah mengapa melihatnya tersenyum juga membuatku merasa senang. Aku juga seperti dapat merasakan bagaimana senang dirinya.
Hari demi hari yang kulalui akhir – akhir ini bersama Wooyoung aku rasakan benar – benar berbeda dari saat pertama kali kami bertemu. Dia benar – benar care padaku, dan aku tau itu bukan karena aku adalah Stellar Henney ataupun karena aku adalah dongsaeng dari Danniel Henney. Aku tau itu. Aku dapat mersakan bahwa kami berdua semakin lama semakin dekat. Dia juga selalu membelaku saat yeoja – yeoja disekolah yang sirik padaku mulai mengambil tindakan macam - macam. Dia juga selalu ada disaat aku membutuhkan teman. Dia selalu ada disaat aku senang maupun saat aku sedang sedih. Sesekali dia juga yang menemaniku pulang saat se7en sibuk dengan persiapan ujiannya karena sebentar lagi dia akan lulus SMA. Kami bahkan hampir selalu mengerjakan tugas bersama.
Aku benar – benar merasa nyaman dan terlindungi berada disampingnya, dan aku menikmatinya. Bahkan disekolah mulai beredar gossip – gossip antara kedekatanku dengannya. Apakah yang aku rasakan ini bisa disebut dengan.. cinta? Apakah mungkin perasaan yang selama ini selalu membuatku gelisah dan selalu memikirkannya adalah perasaan sayangku untuknya? Apakah ini mungkin? Selama ini aku tak pernah mengerti apa yang aku rasakan disaat aku sedang berada didekatnya. Perasaan yang membuat dadaku seperti mau meledak. Perasaan selalu kehilangan saat aku tak sedang bersamanya. Perasaan sakit saat melihatnya tersenyum kepada yeoja lain. Perasaan selalu ingin ada didekatnya. Apakah benar ini perasaan cinta?
“Nana, apakah lusa kau ada urusan penting?” Wooyoung membuyarkan keheningan disaat kami sedang mengerjakan tugas di apartemenku.
“waeyo?”
“mm, kalau memang tak ada, bisakah kau menemaniku untuk ke Pulau Udo? Aku ingin mengambil beberapa gambar pemandangan disana. Aku berjanji akan mengirimkannya untuk hyungmu”
“jincha? Tentu saja aku mau. Tapi, kita hanya pergi berdua?” aku benar – benar merasa senang saat dia mengajakku pergi, namun aku masih canggung kalau hanya pergi berdua dengannya.
“ania, bagaimana kalau kita mengajak Dongwook hyung dan Boram nuna. Sepertinya mereka berdua sangat dekat”
“kau tidak diberi tahu Dongwook oppa kalau mereka berdua berpacaran?”
“jinchayo? Mengapa dia tak member tahukannya padaku.. aissh.. awas saja kau hyung, akan kubalas kau.” Wooyoungpun sebal karena dia tak diberitahu tentang berita ini. Sejak awal Boram datang ke toko milik Nana, dia sudah mulai mencurigai kedekatan nuna dan hyungnya itu.
“kubalas? Kau ingin membalas Dongwook oppa tentang apa?” Nana menyadari bahwa Wooyoung baru saja kelepasan bicara.
“a..anio.. bagaimana? Kau mau ikut kan?” Wooyoungpun dengan cepat berusaha menutupi.
“tentu saja. Dari dulu aku ingin pergi kesana”
Wooyoungpun mengantarku kembali ke apartemenku setelah kami menyelesaikan tugas kami. Disaat itu, aku kembali merasakan ada seseorang yang memperhatikan kami berdua sejak kami keluar dari apartemen Wooyoung. Berulang kali aku membalikkan badanku kebelakang namu aku tak melihat satu orangpun ada dibelakangku. Apa mungkin memang ada orang yang memperhatikanku? Tapi siapa?
“wae?” Wooyoung menyadari apa yang aku lakukan dari tadi.
“anio, aku hanya merasa seperti ada yang memperhatikanku dari tadi”
“jincha? Dimana?”
“aku tak tahu, mungkin hanya perasaanku saja”
Hari ini kami berempat berangkat ke Pulau Udo, 2 hari yang lalu saat se7en pulang ke apartemennya, Wooyoung langsung mendiamkannya karena kesal mengetahui kenyataan bahwa se7en dan Boram unni sudah berpacaran hampir selama 2 tahun ini. Ia juga baru tahu bahwa Boram unni sebenarnya satu umur dengan se7en, hanya saja ia memang lulus sekolah 2 tahun lebih cepat. Itu juga sebabnya se7en tidak pernah memanggilnya dengan sebutan “nuna”.
Benar – benar tidak rugi aku pergi ke Pulau Udo. Tempat ini benar – benar indah. Tak ingin pulang rasanya. Aku pikr saat kita pergi ke Pulau Udo, kita bisa bermain berempat, tapi nyatanya se7en dan Boram unni meninggalkan kami berdua saat berada di pantai Geommeolle. Kamipun terpaksa menunggu mereka untuk kembali menjemput kami karena se7en lah yang membawa mobil.
Siang berganti sore, mereka masih belum kembali. Walaupun kesal, tapi entah mengapa aku benar – benar menikmati hari ini. Dan saat ini, detik ini, aku sedang menikmati terbenamnya matahari bersama orang yang… akhir – akhir ini selalu menghiasi hari – hariku. Wooyoung.
“mm.. Nana-ah..” Wooyoung kembali memecah keheningan diantara kami berdua
“ne?” aku tersenyum kepadanya
“ania..tidak jadi” Wooyoung menyembunyikan sesuatu
“ah wae… ayo, cepat beritahukan padaku” Aku mulai penasaran
“ania…”
“ah waeyo? Kau akan membuatku semakin penasaran..”
“tapi kau harus berjanji tidak boleh marah padaku setelah aku mengatakannya padamu”
“arasso..” akupun menunggu kata – kata yang akan keluar dari mulut Wooyoung
“saranghamnida..”
Deeg.. deeg.. deeg…
“bisakah kau mengulangi perkataanmu?” aku hanya ingin memastikkannya
“Saranghamnida.. Would you be my girlfriend?”
Deeg.. deeg.. deeg…
Apakah aku tak salah dengar? Apakah kata – kata yang baru saja dia ucapkan tidak salah? Apakah benar baru saja ia mengatakan bahwa ia mencintaiku dan ingin aku menjadi pacarnya? Apakah..? Apakah..?
“aku tahu mungkin ini terdengar sangat mengejutkan. Tapi itu memang benar – benar apa yang kurasakan. Bukan karena kau adalah Stellar Henney yang dipuja para penggila fashion ataupun dongsaeng dari Danniel Henney, orang yang kuidolakan dan kuhormati. Tapi ini benar – benar berasal dari hatiku yang paling dalam. Aku tak ingin kau berada disisi namja lain. Aku tak ingin kau melihat namja lain selain aku. Aku benar – benar merasa nyaman berada didekatmu. Aku ingin kita akan selalu seperti ini. Kau tahu, aku selalu mencarimu disaat aku tak melihatmu…” Wooyoung melanjutkan dan aku hanya dapat terdiam.
Aku masih terdiam sejak ia memberikan pertanyaan itu padaku, bahkan saat se7en dan Boram unni sudah menjemput kami. Aku masih belum menjawabnya. Ia bilang bahwa ia akan memberiku waktu. Aku bimbang. Tak tahu apa yang harus kujawab. Saat makan malampun aku tidak ikut. Aku hanya bilang kepada Boram unni bahwa aku tidak lapar dan menyuruhnya untuk makan duluan dengan se7en dan Wooyoung. Aku sedang tak ingin menemui Wooyoung saat ini.
Keesokkan harinya kami berencana pergi ke pantai Seobinbaeksa. Mataku terlihat lelah, karena memang aku tak dapat tidur tadi malam. Aku juga berusaha menghindari tatapan Wooyoung karena sedari tadi dia terus memandangiku. Aku tahu dia menghawatirkanku, atau mungkin bahkan ia merasa bersalah padaku, mungkin ia berpikir tidak seharusnya ia mengatakan hal itu kepadaku. Bahkan se7en mencoba bertanya kepada Wooyoung, karena menurutnya aku mulai terlihat aneh saat aku ditinggal berdua dengannya. Namun Wooyoung hanya terdiam.
Tadi malam, aku terus – menerus memikirkan perkataan Wooyoung, apakah benar itu adalah pertanyaan yang ingin aku dengar? Apakah mungkin ia akan serius denganku? Begitu banyak pertanyaan yang terus keluar dari benakku.
“mm.. Wooyoung..” kali ini aku yang memulai pembicaraan dengannya. Se7en dan Boram unni kembali meninggalkan kami. Aku tak ingin terus – menerus mendiamkannya
“ah ne?” Wooyoung terlihat hati – hati menjawabku
“aku juga ingin membicarakan sesuatu padamu?”
“mm… aku juga ingin membicarakan sesuatu padamu” Wooyoung masih terlihat hati – hati
“kau mulailah duluan”
“mm… aku ingin bilang, kalau memang perkataanku kemarin membuatmu menjadi seperti ini. Aku benar – benar menyesal telah mengatakannya padamu. Aku ingin kita kembali seperti dulu, aku ingin terus bercanda denganmu. Namun gara – gara perkataanku kemarin, kau bahkan tak ingin melihatku. Kau terus berusaha menjauhiku. Aku benar – benar menyesal. Kalau perlu kau bisa berpura – pura tidak mendengar perkatannku kemarin atau kau bisa untuk mencoba melupakannya. Aku juga akan berusaha melupakan perasaanku yang seperti ini padamu. Tapi aku minta agar kau akan kembali seperti dulu. Jebal…”
“benarkah itu yang ingin kau katakan? Benarkah kau ingin aku melupakan peristiwa kemarin? Benarkah kau ingin aku berpura – pura tidak mengingatnya? Bahkan sebelum kau mendengar apa jawabanku. Apakah itu yang benar – benar ingin kau lakukan?” Aku menjawabnya setelah terdiam sesaat.
“kalau itu memang akan membuatmu kembali seperti dulu. Kalau itu bisa membuatmu tersenyum lagi padaku. Aku rela mengorbankan perasaanku ini” aku tak tahu Wooyoung bisa mengatakan hal ini kepadaku.
“bagaimana ini? Kau menyuruhku melupakannya, padahal aku benar - benar senang mendengar hal itu darimu. Aku sampai tidak tidur malam ini karena memikirkan jawaban yang akan kuberikan padamu, tapi kau menyuruhku untuk melupakannya begitu saja”
“kau..kau.. benarkah apa yang kau katakan barusan? Kau.. kau.. menerimaku?” tiba – tiba wajah Wooyoung yang tadinya muram kembali terlihat cerah. Wajah yang selalu ingin aku lihat.
“tapi kau tadi bilang, bukankah kau menyuruku untuk melupakan semua perkataanmu kemarin?” otak jahilku kembali berjalan.
“andwae.. kau tidak boleh melupakan perkataanku kemarin tidakkah kau tahu betapa sulitnya aku mempersiapkan apa yang aku lakukan kemarin?”
“ya.! bukankah kau adalah namja? Mana boleh seorang namja menarik kata – katanya begitu saja”
“khusus untuk yang satu ini, aku melakukan pengecualian. So, would you be my girlfriend?”
“mm.. aku rasa aku butuh waktu untuk memikirkan hal itu..” aku kembali menjailinya
“mworago? Bukankah kau tadi bilang bahwa kau senang mendengar perkataanku kemarin?”
“aku hanya bilang bahwa aku senang mendengar ucapanmu kemarin, bukan berarti aku mau menjadi pacarmu” jawabku sambil berlari meninggalkan Wooyoung. Diapun langsung berlari mengejarku.
“ya.! Nana, mau lari kemana kau? Kau belum menjawab pertanyaanku” pada akhirnya ia berhasil menangkapku dari belakang
“nado, saranghamnida. Of course I want to be your girlfriend” aku langsung berbalik dan memeluknya. Ia juga membalas pelukanku. Aku merasa seperti beban yang selama ini mengganjal dadaku sudah lepas. Aku tahu ini yang aku mau.
-Wooyoung pov-
“nado, saranghamnida. Tentu saja aku mau menjadi pacarmu” dia kemudian memelukku dan aku membalas pelukkannya. Aku tak pernah menyangka, yeoja yang ada dipelukanku ini telah menjadi pacarku. Aku benar – benar tulus mencintainya. Ini benar – benar hari yang paling indah bahkan lebih indah daripada saat aku bertemu Danniel Henney, orang yang sangat kuidolakan itu.
Kami jalan beriringan sambil saling bergandengan tangan di pantai itu. Dongwook hyung dan Boram nuna yang sudah kembali setelah lagi – lagi kabur berduapun datang dan melihat kami heran. Bagaimana tidak, mereka mendapati kami sedang duduk bersebelahan dan Nana sedang merebahkan kepalanya dipundakku. Dia terlihat lelah. Saat ini dia sedang tertidur. Saat Dongwook hyung datang, aku langsung menyuruhnya untuk diam dan langsung menggendong Nana di kedua lenganku. Dia mengerti maksudku, Boram nuna yang menunggu dimobil langsung keluar dan membukakan pintu untukku agar aku lebih mudah memasukkan Nana kedalam mobil.
Mereka tak banyak bicara selama dimobil, entah mereka sudah tahu atau hanya ingin membiarkan agar Nana dapat tertidur. Sesampainya di villa tempat kami menginap, aku kembali menggendong Nana menuju kamarnya.
“dia benar – benar tertidur dengan pulas. Berulang kali aku bangun tadi malam, aku hanya melihat ia duduk di kasur sambil memikirkan sesuatu. Pada saat aku bertanya padanya, ia hanya bilang tidak ada apa – apa. Mm.. apa dia menceritakan sesuatu padamu?” Boram nuna yang sedari tadi terus menghawatirkan Nana datang menghampiriku yang masih memandangi wajahnya yang sedang tertidur itu.
“ne, dia benar – benar terlihat pulas”
“aku benar - benar bersyukur dia sudah tertidur sekarang. Ayo, kita tinggalkan dia sendiri” Dongwook hyung yang tadi ada didepan kamarpun masuk dan mengajak kami keluar.
Kami bertigapun meninggalkan Nana sendiri dikamar agar dia dapat tertidur lebih tenang. Kami bertiga juga malam ini tidur lebih cepat karena besok kami akan pulang ke Seoul lagi.
Pagi – pagi kami sudah berangkat dan menuju ke pelabuhan Pulau Udo untuk kembali ke Seoul. Aku berencana untuk merahasiakan hubungan kita kepada Dongwook hyung dan Boram nuna, Nana juga setuju dengan ideku ini. Aku mau membalas perbuatan mereka yang sudah merahasiakan hubungan mereka dariku.
Hubunganku dengan Nana sudah berjalan hampir sebulan. Orang – orang disekolah sudah mulai tambah curiga dengan kedekatan kami. Begitu juga Dongwook hyung dan Boram nuna. Mereka pernah menanyakan hal ini kepadaku, namun aku masih tetap mau merahasiakan hubungan ini dari mereka berdua.
“ada apa Nana?” aku bingung dengan tingkah laku Nana yang sibuk meliihat kearah belakang terus – menerus.
“aku merasa seperti ada yang mengikuti dan memperhatikanku dari tadi” Nana masih sibuk melihat kearah belakang.
“lagi?” aku juga ikut melihat kearah belakangku. Namun aku tak menemukan apa – apa.
-Nana pov-
Lagi – lagi aku merasa ada yang mengikutiku. Tapi aku tak pernah berhasil menemukan hasilnya. Apakah ini memang hanya perasaanku saja?
Hari ini aku pergi ke tokoku di Dong Dae Moon itu. Memang aku sesekali mengunjungi tempat itu, dan kali ini aku pergi bersama Wooyoung. Sesampainya disana, Boram unni sudah menungguku sekalian untuk pergi makan siang bertiga. Se7en tak bisa ikut kali ini karena dia sedang sibuk mempersiapkan upacara kelulusannya yang akan digelar sebentar lagi. Kamipun pergi makan di restoran Japanese food.
Seminggu setelah itu. aku mendapat telepon dari Boram unni. Dia bilang bahwa identitasku terbongkar. Hampir seluruh media pers di Prancis, di Korea, bahkan beberapa dinegara lain menelepon kantorku. Se7en dan Wooyoung juga langsung menghampiriku di apartemen. Mereka bilang bahwa pintu utama apartemen sudah dipenuhi wartawan. Kamipun terpaksa turun melewati tangga darurat dan langsung menuju ke basement. Tak hanya itu, Danniel yang sedang ada di Amerika juga dikerubungi pers yang ingin memastikkan identitasku. Dia memberitahukannya dari telepon barusan. Aku bingung. Aku tak menyangka identitasku terbongkar dengan cepat. Wooyoung, dan se7en juga saat ini masih bingung harus membawaku kemana. Saat ini tak ada tempat aman untukku. Se7en yang baru saja membeli sebuah majalah, menunjukkan padaku bahwa memang benar disana terpampang beberapa foto yang memang sangat bisa untuk dijadikan barang bukti. Aku baru menyadari bahwa ternyata perasaan yang selama ini aku rasakan itu tidak salah, memang benar ada orang yang mengikutiku selama ini.
“Stellar, I have read some news about you” Disaat seperti ini, appa meneleponku.
“yeah, I never thought that this news already reached London” aku juga kaget ternyata appaku yang berada di London sudah mendengar berita ini.
“so, kamu harus menepati janjimu bukan?” aku tertegun. Selama ini aku tak pernah memikirkan bahwa aku harus menepati janjiku kepada appa. Aku terdiam sesaat.
“I know..” aku pantang mengingkari janji. Appa tahu itu.
Cerita ini berkisah seorang gadis SMA bernama Fujioka Haruhi (Kawaguchi) di Akademi Ouran bergengsi, yang tidak sengaja bertemu dengan sekelompok siswa laki-laki yang telah membentuk klub tuan rumah. Secara tidak sengaja ia memecahkan sebuah vas antik, Haruhi terpaksa menjadi salah satu anggota klub tersebut , dan ia berakhir menyamar sebagai lelaki dalam rangka untuk membayar utang.
Cast :
- Kawaguchi Haruna as Fujioka Haruhi
-Yamamoto Yusuke as Suou Tamaki
-Daito Shunsuke as Ootori Kyouya
-Takagi Shinpei as Hitachiin Hikaru & Takagi Manpei as Hitachiin Kaoru
Ini dibuat pas aku SMP dengan perubahan, jadi maaf kalo ada kesamaan nama dan tempat kejadian.. ^-^
-Author pov-
“hmm.. huahm…”
“heh, Nez.. Nez, bangun woi, Pak Joko ngeliatin lu mulu tuh dari tadi” bisik Nanda sahabat Irnez.
“heeh? Hmm…” lanjut perempuan yang masih belum sadar itu.
“Irnez, dari tadi saya perhatikan kamu tidur terus, cepat berdiri didepan kelas dan setelah itu kerjakan semua latihan di bab 3. Kamu juga Pratama Diaz Putra!” bentak Pak Joko dari depan kelas tak lama kemudian setelah menyadari Diaz juga tengah tertidur dikelas.
“haah.. kenapa Pak?” jawab Irnez dan Diaz bebarengan setelah mereka sadar dari tidur mereka.
“hah, heh, hah, heh, cepat keluar dan kerjakan semua latian bab 3!”
“tapi dari bab 3 sampai 7 sudah pernah Bapak suruh kami kerjakan untuk hukuman” Diaz masih sempat-sempatnya membantah Pak Joko yang terkenal killer itu. Sedangkan Irnez sedang sibuk menghusap matanya untuk menghilangkannya dari rasa kantuk. Pak Joko yang mendengar pernyataan Diaz barusan sampai bingung mau memberi mereka hukuman apa lagi karena mereka berdua memang sering diberi hukuman olehnya, semua latihan dari LKS sudah habis mereka kerjakan.
“kalau begitu kerjakan soal-soal dalam buku paket dan kalian keluar sekarang!”
Akhirnya dengan langkah diseret, mereka berdua langsung keluar dari kelas menjalankan hukuman yang udah nggak jaman banget itu seperti biasa. Memang hukuman seperti itu sudah biasa mereka lakukan, termasuk mengerjakan latihan-latihan itu. bahkan mereka sering dihukum berdua. Dan sebabnya? Udah nggak bisa lagi disebutin, banyak banget..
“ngapain lu ikut-ikut tidur?” Tanya Irnez bak hanya dia yang boleh tertidur dikelas.
“kan elu yang nyuruh gue nemenin nonton bola tadi malem. Jadi intinya ini salah lu..”
“enak aja, kalo emang nggak mau kan juga nggak apa-apa. Lagian ngapain lu pake bilang kalo kita udah ngerjain semua soal di LKS, kan jadi dikasi tugas sama si botak (ejekan Pak Joko)”
“ya, kan gue pikir dia gak bakal ngasih kita tugas lagi”
“bego sih lu..” ledek Irnez sambil “njenggung” kepala Diaz
“enak aja lu..” kini giliran Diaz yang membalasnya
Tak terasa mereka berbincang-bincang dengan akrabnya(?), bel tanda istirahat sudah berbunyi bersamaan dengan bunyi perut mereka berdua. Ingin rasanya langsung mereka ngeloyor ke kantin, namun apa daya, Pak Joko belum keluar dari kelas dan pasti dia akan tambah marah kalau tau murid yang sedang di hukumnya udah duluan cabut ke kantin. Dan karena kelas mereka sering dilewati oleh anak-anak yang kelas lain untuk menuju kantin, alhasil banyak anak-anak yang melihat mereka kena hukum (lagi), namun melihat pemandangan seperti itu, anak-anak yang lain sudah tidak heran bahkan sudah terbiasa.
Dan mulailah aksi dari photographer majalah sekolah yang tugasnya memotret semua kejadian ter-up to date di sekolah. Bahkan Khusus untuk Diaz dan Irnez, mereka memiliki halaman khusus tersendiri, berjudul “DUO Z”, tau darimana? Yap, dari kedua nama mereka, mereka sama-sama menggunakan huruf Z dibelakang nama mereka. Diaz dan Irnez pun tidak pernah protes dengan adanya mereka sebagai salah satu icon(?) dalam majalah sekolah tersebut dan tak ada satupun anak-anak yang juga protes dengan adanya mereka dalam majalah tersebut karena mereka berdua memang murid yang bisa dibilang tenar dikalangan murid-murid lain. Diaz dan Irnez adalah cowok dan cewek yang sudah berhasil menjadi idola selama 3 tahun berturut-turut. Dan siapa juga yang paling heboh kalau berita tentang “DUO Z” dimuat, kalau bukan Julie and the gank yang sebenarnya udah cinta mati sama Diaz dan benci setengah mampus sama Irnez yang dianggap selalu ikut-ikutan Diaz walau sebenarnya hanya mereka yang menganggap hal itu. Apalagi setelah mereka tau bahwa sebenarnya Irnez dan Diaz udah deket sejak TK bahkan mereka berdua juga tinggal di satu rumah yang sama, walau mereka berdua itu adalah rival sejati sejak SD, tepatnya sejak kelas 6 SD. Papa Irnez adalah seorang pemilik perusahaan besar yang harus terus mengontrol keadaan perusahaan yang tersebar di beberapa Negara berbeda. Sedangkan Mamanya selalu mengikuti kemana pria berkebangsaan Inggris – Belanda itu pergi, dan keadaan ini diyakini bukan hal yang baik untuk putri bungsunya itu. Akhirnya diputuskan untuk menitipkan putrinya itu kepada sahabat baiknya, yaitu Tante Nesya (Mama Diaz) yang juga dengan senang hati menerima Irnez sebagai anaknya, begitupun dengan Papa Diaz dan Lala, adiknya Diaz. Jadi sejak SD, Irnez sudah berpisah dari orang tua dan kedua kakaknya yang tinggal bersama neneknya di Belanda. Seringkali Irnez merasa perih saat menyadari bahwa tidak ada orang tua kandung disisinya walau sebenarnya ada Tante Nesya yang sangat baik padanya. Bahkan tak jarang ia berfikir bahwa ia tidaklah lebih penting dibanding pekerjaan Papanya itu. Bahkan ia sampai merasa Tuhan tak pernah adil padanya. Disaat orang tuanya harus datang kesekolah atau disaat-saat penting lainnya, Tante Nesyalah yang akan datang menggantikannya. Namun ia selalu yakin bahwa apa yang dilakukan oleh orangtuanya itu semua untuknya, sehingga ia bisa setidaknya menepis semua pikiran negatifnya.
“lu tuh ya, seneng bener deket-deket Diaz mulu..” sela Julie yang tiba-tiba datang saat Irnez sedang asik ngobrol dengan Nanda dan Lulu.
“yee, sapa juga yang mau deket-deket sama tu orang, dianya aja kali. Lagian emangnya kenapa? Dianya aja biasa aja, kenapa situ yang sewot? Siapa lu, siapa dia?” balas Irnez tak mau kalah.
“halah, nggak usah munafik deh, gue tau, lu seneng banget bisa deket-deket sama pangeran gue” balas Julie lagi
“haah? Denger ya, gue paling nggak suka dibilang munafik apalagi sama orang kayak lu” Irnez mulai kehilangan kesabaran.
“masih mau mungkir, lagi.. lu pikir gue buta, nggak bisa ngeliat kalo lu tuh selalu deket-deket Diaz. Gue tau sih kalo lu tuh kurang perhatian, tapi ya nggak usah sama pangeran gue dong.. kasian banget sih Tante Nesya, kok mau-maunya sih, dia ngerawat orang kayak lu? Kasian kali ya,..” cecar Julie
“gue juga sebenernya kasian banget pas tau kalo lu tu dibuang gitu, sama bokap – nyokap lu. Eh, ternyata lu nya aja kayak gini, pantesan aja mereka ngebuang elu. Siapa juga yang mau nerima punya anak kayak elu. Buang-buang duit aja..” tambah Julie lagi tanpa memperdulikan Irnez sedikitpun.
“emangnya menurut lu Irnez tu kayak gimana?”ucap seorang laki-laki yang sedari tadi mendengar omongan Julie.
“Di..Diaz? lu..lu dengerin omongan gue dari tadi?” jawab Julie terbata-bata saat mengetahui bahwa Diaz dan ke3 sahabatnya sudah ada dibelakangnya.
“gue nggak dengerin, tapi kedengeran. Lu nggak liat, sekeliling lu pada ngeliatin lu semua? Sekarang jawab pertanyaan gue yng tadi? Emangnya lu pikir Irnez kayak gimana?” Lanjut Diaz. Irnez terus terdiam sedangkan Lulu yang dibantu sahabat Diaz sibuk menenangkan Nanda yang sudah terlanjur emosi tidak terima sahabatnya dihina seperti itu.
“mm, ya lu tau sendirikan, dia tuh seneng banget ngedeketin lu, pas lu dihukum, dia juga pasti berusaha ikut-ikut kena hukum, terus dia juga selalu berusaha nyaingin lu. Lu nggak sebel apa?”
“Yang berusaha deketin gue bukannya elu sama temen-temen lu itu?” Jawab diaz sambil menunjuk Julie dan teman-temannya itu.
“lu yakin dia yang ngedeketin gue? Bukan gue yang ngedeketin dia?” Lanjut Diaz kemudian pergi sambil menarik pergelangan tangan Irnez meninggalkan Julie and the gank.
Tak hanya Julie yang terdiam mendengar perkataan Diaz barusan. Begitupun dengan Irnez dan teman-temannya itu. Apa yang dikatakan Diaz barusan itu kenyataan? Tiba-tiba Diaz memeluk Irnez dan membuat Irnez tambah bingung.
“gue tau lu dari tadi nahan nangis kan,” bisik Diaz lembut tidak sama seperti saat dia bicara pada Julie tadi.
“lu bisa nangis sekarang..” Lanjutnya. Irnez balik memeluknya sambil meneteskan air matanya. Diaz mengusap-usap kepalanya, membuat Irnez merasa nyaman.
“makasih.. Diaz,..” balas Irnez setelah ia menghapus air matanya.
“sama-sama.. asal lu nggak ke ge-er an aja denger omongan gue tadi. Gue ngomong gitu biar si mentel (Julie) itu nggak ngomong macem-macem lagi, ya.. walopun gue tau sih, kalo lu emang suka deket-deket gue, ya.. siapa coba yang bisa nolak pesona gue,.” Jawab Diaz yang kemudian langsung lari kabur. Menjengkelkan.
“hiih, jijik banget lu Yaz...” Irnezpun langsung mengejarnya. Sahabat-sahabat Irnez dan Diaz yang sedari tadi memperhatikan dua makhluk itu tertawa dan lega melihat Irnez sudah tak sedih lagi. Begitupun dengan sepasang lelaki dan wanita yang tak sengaja melihat mereka.
“whahaha..” Diaz hanya tertawa sambil terus berlalu.
“kayaknya gue yang bego, masih ngeharapin Diaz kayak dulu lagi..” ucap Irnez dalam hatinya sambil masih terus berlari mengejar Diaz.