Halaman

2011/09/28

Please.. Part 2

Nana Se7en Boram Wooyoung






-->
Hari ini aku datang ke toko baruku di Dong Dae Moon yang 3 hari lagi akan diresmikan. Aku datng langsung dari sekolah bersama se7en yang akan menjadi salah satu modelku dan orang menyebalkan:Wooyoung.
“oh, Nana-ssi, kau sudah datang?” salah seorang asisten menyambutku. Ia adalah Jeon Boram. Dia adalah asisten kepercayaanku yang sudah kuanggap seperti unni sendiri. Walaupun aku memanggil Boram dengan sebutan unni, dia tetap tidak mau memanggilku dengan sebutan saeng, dan selalu menggunakan –ssi. Karena dia anggap aku tetaplah atasannya
“oh, Boram unni, apakah semuanya berjalan lancar?” aku menyerahkan tokoku yang satu ini kepadanya untuk memintanya mengurus semua, karena ini adalah toko pertamaku di kampung halamanku ini.
“gwenchana, besok bahkan dekorasi toko sudah selesai. Kita tinggal mempersiapkan beberapa hal lagi” jawabnya sambil membolak – balikan kertas di tangannya.
“anyeong Boram. Oya, kenalkan, dia sepupuku, Jang Wooyoung” sapa se7en yang memang sudah mengenal Boram sambil memperkenalkan Wooyoung.
“oh, anyeong se7en, mmm, anyeonghaseyo Wooyoung-ssi” sapa Boram unni dengan senyum manisnya sambil membungkuk kepada Wooyoung.
“ah ne, anyeonghaseyo, Boram-ssi” Wooyoung juga membalas sapaan Boram unni dengan senyuman. Entah mengapa aku merasa sedikit aneh. Dia tidak melakukan hal yang sama saat pertama kali bertemu denganku. Tambah lagi saat aku melihat senyumannya yang dia berikan kepada yeoja lain. Perasaan ini lebih mirip seperti perasaan cemburu. Tunggu – tunggu, apa yang sedang kupikirkan. Apakah aku baru saja tertimpa batu sehingga ada yang salah dengan otakku? Kenapa aku bisa memikirkan hal bodoh seperti ini? Sepertinya aku harus memeriksakan diri ke dokter.
“oya, Nana-ssi, bagaimana kalau kita juga meminta Wooyoung sebagai salah satu model kita, bukankah kita masih membutuhkan satu orang lagi?” bisik Boram unni padaku.
“mwo? Andwae..” aku tak ingin membuat hal yang dapat dia jadikan alasan agar aku berterimakasih kepadanya dan dia tambah membuatku kesusahan.
“waeyo? Bukankah dia cocok dengan tema pembukaan kita kali ini”
“andwae… jincha andwae… I don’t wanna..”
“arasso, so I need find someone beside se7en again, right..”
“you also have know it. I count on you” akupun pergi meninggalkan Boram unni bersama 2 namja itu karena aku ada urusan duluan, sedangkan se7en masih tinggal disana untuk melakukan fitting akhir, ditemani Wooyoung.

-Author Pov-

“mm, hei, Boram, bisakah aku meminta tolong padamu? ...” ucap seorang namja sambil membisikkan sesuatu ke telinga yeoja itu.
“sepertinya jalan pikiranmu sama denganku,” ucap yeoja itu sambil tersenyum penuh rahasia
Keesokkan harinya Boram menelepon Nana dan memberitahukan bahwa salah seorang model pakaian untuk hari peresmian tokonya baru saja terjatuh dari tangga dan menderita patah tulang kaki sehingga tidak mungkin dapat datang pada hari itu. Akhirnya setelah pulang dari sekolah diapun harus pergi ke toko lagi untuk membicarakan hal ini bersama dengan Boram.
“mm, bagaimana kalau besok kau yang menggantikannya?” Boram memulai pembicaraan setelah Nana sampai ditokonya.
“mworago? nan andwae, jincha andwae..” Nana menolaknya
“waeyo? Kita tidak punya waktu untuk membuat kontrak dengan model lain. Ayolah, ini hanya sekali, kau bahkan tidak pernah memakai baju buatanmu sendiri. Ayolah, ini akan menjadi yang pertama dan yang terakhir” ajak Boram dengan tatapan serius
“aah, arasso.. tapi ini hanya akan menjadi yang pertama dan terakhir” Nana menyetujuinya dengan ogah – ogahan
“gitu dong, kau tahu, aku benar – benar pusing memikirkannya. Aku juga sudah memastikan kalau ukuran bajunya sesuai denganmu. Ayo kita cocokan lagi” Nana tak tahu bahwa Boram memiliki maksud tersendiri.
“ne..” Nana mengikuti Boram dari belakang. Nana pun mencoba baju karyanya yang akan dipakai 2 hari lagi.
Disaat yang sama, tempat yang berbeda.
“Wooyoung, ah.. apakah aku bisa meminta tolong padamu?” se7en mengajak omong Wooyoung setelah keluar dari kamar mandi.
“apa?” Wooyong menjawab malas - malasan
“bisakah kau menjadi salah satu model untuk acara peresmian toko milik Nana?”
“mworago? Apa kau bercanda? Mana mungkin aku menjadi model untuk tokonya. Kau pikir aku gila?” namja itu menolak. Dia tidak tahu bahwa Nana tentu juga akan menolaknya dengan keras.
“jebal.. kalau kau tidak mau melakukannya untuk Nana, bisakah kau melakukannya untuk Boram?” se7en memasang wajah melas
“mwo? Kenapa juga aku harus melakukannya untuknya? Apa hubunganmu dengannya sampai – sampai kau memaksaku untuk melakukannya? Jangan – jangan kau…” Wooyoung curiga.
“anio, apa yang kau pikirkan, aku hanya ingin membantunya. Ayolah..” se7en mengelak seperti menyembunyikan sesuatu.
“haaah,.. arasso.. ini hanya karena kau yang memintaku” akhirnya Wooyounng pun menyetujuinya. Sama seperti Nana, ia tidak tahu apa yang disembunyikan sepupunya itu.
Siang hari sebelum peresmian berlangsung, seluruh model yang akan memamerkan baju – baju karya Nana berkumpul untuk melakukan pencocokan make-up dan gladi bersih untuk berjalan di catwalk, tak terkecuali Nana, se7en, dan Wooyoung. Nana pergi duluan ke tokonya, sedangkan Wooyoung menyusul bersama dengan se7en. Dia masih belum tahu bahwa Wooyoung juga akan menjadi modelnya karena ia menyerahkan seluruhnya kepada Boram.
“kau, kenapa ada disini?” Tanya Nana kepada Wooyoung yang datang bersama dengan se7en karena memang selain model, diharuskan untuk datang nanti malam saat acara dimulai.
“kau tidak tahu mengapa aku ada disini? Apa mereka tidak memberitahukannya padamu?” Wooyoung juga ikut terkejut bahwa perancang busananya bahkan tidak tahu bahwa ia termasuk salah satu modelnya.
“oh, se7en, Wooyoung-ssi, kalian sudah datang? Ayo ikut aku, aku akan memberikan pakaiannya pada kalian” Boram dan se7en yang sudah tahu situasinya saling tersenyum.
“unni, ada apa ini? Kenapa dia ada disini?” Nana yang masih tidak mengetahui situasinya meminta penjelasan dari Boram.
“mianhe Nana, aku tidak dapat menemukan model namja lain. Terpaksa aku meminta Wooyoung untuk menggantikannya. Tidak apa – apa kan? Habisnya kau tidak mau memberitahukan alasannya waktu itu. Ok? Oh ya, kau juga harus mengganti pakaianmu dulu.”
Nana hanya diam sambil mengumpat dalam hati. Kenapa harus Wooyoung, pikirnya. Dia bahkan masih pusing memikirkan perasaannya pada Wooyoung saat itu.
 Wooyoung mengenakan setelan jas berwarna hitam – abu – abu dengan kaos didalamnya. Dia sangat terlihat tampan. Tak lama kemudian Nana keluar dari ruang ganti mengenakan short dress berwarna soft peach.

-Wooyoung pov-

                Nana keluar dari ruang ganti mengenakan short dress berwarna soft peach. Rambutnya sudah tersanggul rapi. Aku hanya dapat menganga sambil berulang kali mengusap mataku tak percaya dia akan berubah begitu… yeopo. Bahkan saat dia belum memakai make-up sedikit pun.
                Deeeg.. deeeg.. deeeg…
“Ada apa ini? Kenapa dadaku berdegup kencang saat melihatnya? Apakah… ani..anio.. tidak mungkin..” pikirku. Akupun terus meraba dadaku memastikan apa yang kurasakan tidak salah. Dan ternyata apa yang aku rasakan, tidaklah salah, aku yakin tanganku dapat merasakan bahwa dadaku benar – benar berdegup kencang sejak melihat yeoja itu.
                Nana tidak menyadari bahwa sedari tadi aku memperhatikannya. Tunggu – tunggu, untuk apa aku memperhatikan yeoja itu? sepertinya ada yang salah dengan otakku. Tapi entah mengapa sedari tadi aku selalu merasa kehilangan saat aku tidak melihatnya. Apa yang salah padaku?
                “Wooyoung-ssi, bisakah kau ikut denganku, kita harus merapikan rambutmu terlebih dahulu.” Boram nuna memanggilku dari lantai dua. Akupun langsung menuju keatas. Akupun duduk sambil menunggu seorang penata rambut yang sedang mempersiapkan beberapa peralatannya. Tak berapa lama Nana datang dan duduk disebelahku untuk memakai make-up.
                “what’s the matter? Why are you always see my face?” Nana sadar bahwa semenjak dia duduk disebelahku, aku terus memandanginya dari cermin yang memantulkan paras cantiknya itu.
                “mworago? A..a..anio, sejak kapan? Untuk apa aku memperhatikanmu dari tadi? Am I crazy?” aku membalasnya sambil terbata – bata. Entah mengapa perasaanku berkecamuk seperti ini.
                “iish..” aku tahu ia tidak semudah itu mempercayaiku karena sudah berulang kali aku tidak sengaja berpapasan mata dengannya. Tanpa kusadari ternyata dari tadi Nana juga melakukan hal yang sama denganku. Dan tanpa kami sadari sedari tadi se7en hyung dan Boram nuna memperhatikan kami berdua.

-Author pov-

                Acara peresmian berjalan sukses. Para model, Nana, Wooyoung, dan se7enpun sudah berjalan di arena catwalk tadi. Sedangkan Boram sibuk menjawab pertanyaan para wartawan majalah fashion yang memang meliput mereka, karena tidak mungkin Nana yang akan menjawabnya. Tentu saja semua yang dijawab Boram sudah sesuai persetujuan Nana.
                Keesokkan harinya disekolah, semakin banyak saja yeoja yang tidak menyukai Nana, tambah lagi karena mereka mengetahui bahwa kemarin Nana ikut menjadi model bersama dengan se7en dan Wooyoung yang juga termasuk namja popular disekolah. Semakin banyak saja tatapan sinis yang mereka berikan padanya.
                “haaiiish… memang seharusnya aku tidak menjadi model saat itu. makin banyak saja yang tidak menyukaiku” Nana juga akhirnya menyadari banyaknya yeoja yang tidak menyukainya.
                “untuk apa kau pikirkan mereka? Mereka hanyalah orang yang sirik padamu” Wooyoung yang mendengar omongan Nana barusan, menenangkannya. Entah mengapa perasaan Nana jadi lebih lega setelah mendengar ucapan Wooyoung barusan. Ia juga baru menyadari bahwa akhir – akhir ini Wooyoung juga agak berbeda dari sebelumya. Nana juga akhir – akhir ini jadi lebih memperhatikan Wooyoung, walaupun sampai sekarang ia masih belum tahu apa yang sebenarnya dia rasakan.
                “gomawo..” Nana masih agak malu mengucapkannya.
                “em, ne..” balas Wooyoung sambil tersenyum kearah Nana yang membuat pipi Nana memerah.
                Pulang sekolah, seperti biasa, Nana pulang bersama se7en dan Wooyounng. Namun entah mengapa Nana merasa ada yang berbeda hari ini. Ia merasa seperti ada yang mengikutinya. Berulang kali ia membalikkan badannya untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mengikuti mobil mereka dari belakang. Namun hasilnya nihil ia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Iapun melupakan perasaannya tadi.
                Sesampainya dirumah, Nana dikejutkan oleh seseorang yang ternyata sudah menunggunya di dalam apartemennya. Bahkan se7en dan Wooyoung yang berencana untuk makan bersama di apartemen Nana pun ikut terkejut.
                “Danniel? Why are you here?” Nana benar – benar terkejut setelah mengetahui bahwa oppanya datang ke apartemennya, bahkan ia memeluknya sebelum Nana sempat masuk kedalam appartemennya.
                “Stellar.. aah, I’m really miss you. Don’t you miss me to?” Danniel menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat seorang kakak. Dan Nanapun juga membalas pelukannya itu. se7en tersenyum melihat kedua saudara itu bertemu lagi setelah beberapa tahun karena memang Danniel tinggal di Amerika sedangkan Nana tinggal di Paris. Sedangkan Wooyoung benar – benar tidak mengerti situasi yang sedang berlangsung ini. Danniel Henney, fotografer idolanya ternyata mengenal Nana, yeoja yang akhir – akhir ini selalu membuat hatinya tidak karuan. Setelah Nana melepaskan pelukannya, Danniel gantian menyambut se7en yang juga dia balasnya.
                “hey, se7en, how are you? Oh ya, thank you for keep my little sister safe” ucap Danniel kepada se7en.
                “mworago? Your little sister? She is your little sister?” Wooyoung yang tak percayapun akhirnya membuka mulut.

2011/09/20

Please.. Part 1

-->


Cast :     Im Jin Ah a.k.a Nana / Stellar Henney
                Jang Woo Young a.k.a Wooyoung
                Choi Dong Woon a.k.a Se7en
                Jeon Bo Ram a.k.a Boram


-Nana Pov-

“anyeonghaseyo, jeoneun Im Jin Ah imnida. Panggil saja aku Nana. Bangapseumnida..”
“anyeong..”
Hari ini adalah hari pertamaku masuk kesekolah baruku ini, setelah  7 tahun berada di Paris, akhirnya aku kembali ke kampung halamanku ini. Suasana disini sama sekali tak berubah dari terakhir kali aku berkunjung. Melihat chingu baruku yang langsung menyambut dengan ramah, membuatku  merasa optimis berada disini.
“kalau begitu, Nana-ssi, kamu bisa duduk dikursi itu, kalau tidak salah, Jang Wooyoung juga duduk disana, dia mungkin terlambat. Aku harap kau bisa akrab dengannya” ucap  seonsaengnim, sambil menunjuk sepasang kursi yang masih kosong dibelakang sana. Akupun langsung menuju kursi itu.
“kalian harus membantu Nana-ssi untuk cepat beradaptasi dengan keadaan disini. Dia baru saja kembali dari Paris setelah 7 tahun berada disana, jadi mungkin dia agak kesulitan dengan keadaan belajar di Korea” seonsaengnim menjelaskan keadaanku kepada semua anak – anak dikelas, dan sepertinya mereka mau membantuku disini. Aku merasa agak lebih lega karna memang aku sudah mulai agak lupa dengan hangul karena terlalu sering menggunakan bahasa inggris.
“ah, joesonghamnida seonsaengnim,“ tiba – tiba masuk seorang namja kedalam kelas, dia menunduk kepada seonsaengnim lalu segera menuju kearahku. Dia agak kaget melihatku yang duduk disini. Sepertinya dialah Jang Wooyoung yang tadi diceritakan oleh seonsaengnim.
“nuguseyo?” Tanya namja itu sambil menunjuk kearahku. Aku agak sedikit tidak nyaman melihat dia menunjukku seperti itu.
“Jang Wooyoung, sudah berapa kali kau kuperingatkan untuk tidak terlambat datang kesekolah? Dia Im Jin Ah, dia baru saya kembali dari Paris, jadi kau harus membantunya beradaptasi disini. Nana-ssi, dia jang Wooyoung. Aku harap kalian bisa berteman” betul seperti apa yang aku pikirkan tadi, dia anak bernama Jang Wooyoung itu. Dia sepertinya bukan orang jahat, tambah lagi wajahnya juga tampan, mungkin bukan hal yang buruk bertemu dengan dia.
“anyeonghaseyo, Nana imnida,” akupun berdiri dan sedikit membungkuk kearahnya. Dia hanya membalasnya dengan anggukan kecil tanpa senyuman.
“apa – apaan namja ini, aku membungkuk kepadanya dan ia hanya mengangguk tanpa mengucapkan satu katapun” pikirku dalam hati. Setelah perkenalan kecilku, pelajaran langsung dimulai.
Saat istirahat tiba, chingu baruku mendatangiku untuk berkenalan denganku. Aku senang ternyata aku bisa langsung akrab dengan chingu baruku disini. Namun aku hanya sempat berkenalan dengan beberapa orang saja karena aku harus menuju ruang tata usaha untuk mengurus beberapa surat kepindahanku. Selesai mengurus beberapa hal, akupun menuju kekelas lagi, namun baru keluar dari ruangan itu, aku bertemu dengan seseorang yang sudah tak asing lagi denganku.
“se7en…” teriakku pada seorang namja yang lebih tua setahun dariku itu, dan dia langsung tersenyum setelah melihatku. Akupun langsung berlari dan memeluknya dan dia membalas pelukanku dengan balik memelukku. Aku mengenalnya 5 tahun yang lalu. Dia adalah satu – satunya chingu yang aku kenal saat aku berada di Paris. Dia pernah menjadi salah satu model foto oppaku. Oppaku adalah seorang fotografer terkenal di Prancis, namun sekarang ia berada di Amerika untuk menangani salah satu perusahaan appaku.
“Stellar… kau benar – benar sudah tinggi sekarang, sudah 2 tahun sejak terakhir kali aku melihatmu di Paris. Bagaimana kabarmu?” sapa Choi Dongwook, nama asli se7en setelah aku melepaskan pelukanku.
“hey, bukankah aku sudah pernah bilang padamu untuk jangan memanggilku Stellar, bagaimana kalau ada orang lain yang mengenaliku?” stellar adalah nama asliku. Lengkapnya Stellar Henney. Di Paris aku dikenal sebagai salah satu designer baju yang lumayan terkenal, aku tak ingin ada satupun orang di sekolah ini yang mengenaliku sebagai seorang designer terkenal di Paris. Aku tak ingin memiliki teman yang hanya ingin akrab denganku hanya karena aku adalah seorang designer dan juga sekaligus seorang dongsaeng dari seorang fotografer terkenal.
“Arasso, mianhe.. bagaimana kabarmu?”
“gwenchana, aku baik – baik saja, bagaimana denganmu?”
“aku juga baik, oya, berarti mulai sekarang, kau harus memanggilku dengan sebutan “oppa” karena sekarang kau sudah berada di Korea. Dan kau juga jangan panggil aku se7en lagi”
“waeyo? Kan aku yang memberikan nama itu padamu,”
“aku hanya ingin dipanggil se7en diluar sekolah. Aku juga ingin sepertimu, dianggap seperti murid biasa disini”
“Ara.. Dongwook oppa” ucapku sambil pura – pura cemberut dan berjalan mendahuluinya, namun ia menyusul dan merangkul pundakku. Kamipun berjalan beriringan menuju kelasku sambil bercerita tentang keadaan masing – masing. Diapun berjanji bahwa ia akan mengantarku pulang nanti.
Di perjalanan menuju kelas, banyak orang yang memperhatikan kami, dan sepertinya kebayakan yeoja yang memperhatikan kami bercengkrama dari tadi langsung memberikan tatapan sebal kepadaku. Sepertinya salah, kalau aku berjalan dengannya. Aku rasa se7en adalah namja yang terkenal disekolah ini. Sesampainya kami didepan kelasku, dia langsung menuju kembali kekelasnya. Saat dikelas banyak chingu yang mengajakku ngobrol. Sebenarnya aku bukan orng yang gampang akrab dengan orang lain, namun untungnya chingu baruku disini sangat ramah padaku, jadi aku tak perlu bersusah payah untuk berteman dengan mereka.
“sepertinya kau kenal baik dengan Choi Dongwook” namja yang duduk disebelahku ini akhirnya mengajakku berbicara untuk pertama kalinya, setelah mengatakan “nuguseyo” tadi pagi.
“aah, ne, sepertinya dia orang yang terkenal disekolah ini” jawabku dan tentu saja aku menjawabnya dengan ramah, aku tak ingin kesan pertamaku sudah buruk didepan chingu baruku.
“tentu saja dia orang yang terkenal, dia adalah ketua osis disekolah ini”
“pantas saja yeoja – yeoja tadi melihatku seperti itu. kau tahu dari mana aku akrab dengan Dongwook oppa?”
“siapa saja yang melihatmu berjalan bersama namja itu, pasti berfikiran bahwa kalian itu memiliki hubungan yang dekat. Dia bukan orang yang gampang diajak berteman.”
“aah, begitu..”
“kau berhati – hatilah, karena aku yakin pasti banyak orang yang sirik padamu”
“karena Dongwook oppa? Haha.. Arasso, gomawo.. tak kusangka, ternyata kau orang yang baik”
“bukan apa – apa, aku hanya tak mau tiba – tiba wajahmu memar, dan guru menyangka aku yang menyiksamu. Aku hanya tak mau masuk keruang bimbingan karenamu”
“kupikir dia menghawatirkanku, ternyata, haaish.. namja ini ternyata benar – benar menyebalkan” gumamku.
Pulang sekolah, se7en menungguku didepan kelas. Anak – anak kelas lain yang melihatnya berdiri diambang pintu kelasku, melemparkan senyuman kepadanya, namun se7en hanya terdiam sambil membalik – balikkan halaman sebuah komik yang ada ditangannya. Tak berapa lama kemudian, pelajaran dikelasku berakhir. Akupun buru – buru membereskan peralatanku dan menghampiri se7en yang dari tadi sudah menungguku. Dan tak lupa untuk tetap tersenyum pada chingu – chingu baruku, sambil memastikan bahwa tak ada apa – apa antara aku dan se7en. Aku tak ingin mereka juga memasang tampang sebal padaku karena se7en, seperti yang dilakukan yeoja – yeoja tadi.
“hey, mian sudah membuatmu menunggu” ucapku pada se7en sambil memasang tampang melas.
“gwenchana,” balasnya sambil tersenyum padaku.
“katanya kau mau mengantarku pulang, kenapa kita masih disini? Kajja..”
“tunggu, kita tidak pulang berdua, kita menunggu seseorang lagi” jawabnya sambil menarik tanganku yang sudah berjalan beberapa langkah menuju tempat parkir.
“ aah, nuga? Yeojachingumu ya? Kalau begitu seharusnya kau tidak perlu mengantarku pulang, daripada aku mengganggu kalian”
“bukan, dia namja, dia sekelas denganmu” balas se7en sambil menahanku untuk tidak pergi.
“hey, ayo pulang.” namja yang baru saja kami bicarakan itu tiba – tiba saja memotong percakapan kami
“Jang Wooyoung?” tanyaku pada se7en tak percaya.
“ne, kajja..” angguk se7en sambil mengajakku dan Wooyoung kearah mobil yang diparkirnya.
Di perjalanan aku tak banyak bicara, aku masih merasa bingung, mengapa wooyoung bersama kami, apalagi aku juga tak banyak ngobrol dengannya, aku masih merasa risih.
“kau sekarang tinggal dimana Nana?” se7en memulai pembicaraan denganku sesaat keluar dari gerbang sekolah.
“aku tinggal di Chungdam-Dong. Kau tidak keberatan mengantarku pulang?,” memang aku dekat dengan se7en, namun aku masih merasa tidak enak dia mengantarku pulang karena daerah itu memang lumayan jauh dari kawasan sekolah ini.
“benarkah? Aku juga tinggal disitu, kenapa kau tidak bilang padaku tadi? Aku tau jalan alternatif yang lebih dekat menuju kesana”jawab namja yang sedang menyetir mobil ini
“jincha? Dilantai berapa kau tinggal?” tanyaku tak percaya
“uri tinggal dilantai 6” jawabnya lagi
“a jinchayo? Aku dilantai 8. Tunggu – tunggu, kau bilang “uri”? kau tinggal bersama namja ini? Ada hubungan apa antara kalian berdua?”tanyaku lagi, aku penasaran ada hubungan apa antara mereka berdua.
 “ah, aku lupa memperkenalkannya padamu, dia dongsaengku, tepatnya sepupuku, uri tinggal berdua di apartemen itu. bukankah kalian sekelas, dia tidak menceritakannya padamu?”
“mwo? Mworago? Kotjimal..” aku benar – benar tak percaya dengan apa yang kudengar. Sifat mereka sangat bertolak belakang. Se7en benar – benar baik padaku sedangkan Wooyoung adalah namja yang menyebalkan.
Sesampainya didepan gedung apartemen, se7en mengajakku ke apartemennya untuk makan. Kebetulan di apartemenku tidak ada bahan masakan. Aku dikejutkan oleh suatu penampakan yang sempat membuatku tak percaya. Wooyoung ternyata sangat pandai memasak. Ia membuat bibimbab untuk kami makan bersama. Disaat Wooyoung sedang sibuk memasak, se7en mengajakku kedalam sebuah ruangan yang cukup nyaman, di dalamnya terpajang bingkai – bingkai foto yang hampir memenuhi seluruh sisi ruangan. Bahkan aku dapat melihat ada 2 kamera diatas meja itu. aku yakin ini bukan milik se7en, memang dia seorang model, tapi dia bukan orang yang suka memotret. Lalu, apakah ini milik Wooyoung?
“ini hasil potret Wooyoung. Lihatlah, dia mengoleksi buku – buku hasil oppamu, dia sangat mengaguminya”se7en sepertinya tahu isi hatiku. Dia juga menunjuk sebuak lemari buku yang memang berisi penuh dengan buku – buku karya oppaku. Aku hanya tediam sambil memperhatikan bingkai – bingkai itu. aku memperhatikannya satu persatu, memang hasil ini belum bisa dibandingkan dengan hasil karya oppaku. Namun juga bukan hasil yang buruk menurutku.
“dia tidak tau bahwa kau adalah dongsaeng Danniel Henney, idolanya”
“jangan beritau dia”
“ara.. kajja, kita makan” aku dan se7en pun keluar dari ruangan itu dan menuju ke meja makan. Aku tak menyangka Wooyoung bisa masak seenak ini. Selesai makan aku langsung kembali ke apartemenku. Wooyoung mengantarku sampai ke lantai 8 karena dia bilang bahwa ingin membicarakan sesuatu padaku.
“hey, bukankah besok ada tugas matematika, bisakah kau membuatkan satu untukku?” Wooyoung memulai pembicaraan dengan bahan pembcaraan yang membuatku kaget. Hari ini benar – benar hari yang melelahkan. Aku sudah berulang kali mendapat peristiwa mengagetkan, dan sekarang ditambah ini.
“andwae, buat saja sendiri” dia pikir dia siapa, memerintahku seenaknya.
“jincha? Kau tidak akan menyesal?” untuk apa aku menyesal menolaknya membuatkan tugas. Kita baru bertemu hari ini dan dia main perintah seenakya padaku.
“ania. Untuk apa aku menyesal?” akupun mempercepat jalanku kearah lift.
“ara, kalau begitu sampai besok, Stellar..” -->
Wooyoung memberhentikan langkahnya dan berniat kembali ke apartemennya. Akupun terpaksa menahannya dan berjanji untuk membuatkannya tugas. Dan dia juga berjanji tidak akan membeberkannya kepada orang lain. Aku tak menyangka dia mengetahui identitas asliku. Ini semua pasti ulah se7en. Suatu hari, aku pasti akan membalaskan apa yang sudah diperlakukan Wooyoung padaku. Dan kau Jang Wooyoung, kau pasti akan bertekuk lutut saat mengetahui bahwa aku, Stellar Henney, adalah dongsaeng dari Danniel Henney.
Hari demi hari aku jalani dengan kesialan yang tak ada henti – hentinya. Dan semua ini tentunya hasil perbuatan Jang Wooyoung. Dia selalu membuat hal yang biasa menjadi luar biasa untukku. Awalnya aku kira dia hanya akan membuatku susah dengan membuatkannya tugas matematika 3 bulan lalu itu, ternyata dia terus mengancam akan membeberkan rahasiaku. Dia benar – benar namja menyebalkan tak tau diri. Akan kukutuk dia hingga 7 turunan(?).
-->




-Show Your Respect with Comment and Like, please..-